Rabu, 28 November 2012



Di saat Ku sendiri
Ku teringat dirimu yang jauh disana
hati ku brtnya bagaimana kabarmu…….?
Terbayang candamu
yang membuat diriku
bahagia…..
Kasih
percayalah cinta dan kasih sayank ku
hanya untuk mu
walau jarak yang memisahkan kita
Tak perlu engkau takut
tak perlu engkau resah
aku
aku akan menyayangimu
selamanyyaaaa……….
 
 
 


doraemon :)


Bagaimana Doraemon Tamat?



TAHUKAH ANDA: Bagaimana Doraemon Tamat?
 kemarin, di toko buku, saya menemukan komik baru Doraemon, “45 Opening Works of Doraemon vol.1”. Apa istimewanya komik Doraemon yang ini?
Seperti ditulis di pungggung bukunya, komik Doraemon Opening Works merupakan kumpulan cerita bab-bab awal yang ada di komik Doraemon vol.1-45. Jadi, komik ini mengumpulkan cerita-cerita bab pertama dari setiap edisi komik Doraemon yang jumlahnya 45 edisi. Jilid pertama mengumpulkan karya pembuka dari edisi 1-23, jilid kedua mengumpulkan karya pembuka edisi 24-45.
Pendek kata, ketimbang mengumpulkan seluruh jilid lengkap berjumlah 45 edisi, kita bisa membaca perkembangan kisah Doraemon cukup dalam 2 jilid saja.
Tapi bukan soal komik Doraemon Opening Works yang hendak saya omongkan.
Membuka-buka lembaran komik itu, saya seperti naik mesin waktu di meja belajar Nobita mengingat-ingat lagi bagaimana saya kenal Doraemon dulu. Seperti semua orang Indonesia lainnya, saya mengenal Doraemon lewat serialnya yang tayang di RCTI. Kemudian saya ikut membaca komik terjemahannya dari seorang teman di masa SMP.
Dari tahun 1990 sampai sekarang, Doraemon selalu ada entah di layar TV (sebagai serial anime maupun film lepas), maupun komik-komiknya yang selalu terbit dalam berbagai varian dan kisah. Ada yang kumpulan cerita, satu kisah petualangan, sampai edisi belajar bareng Doraemon.
Saya lantas bertanya-tanya, seperti apa akhir kisah Doraemon. Dari telusuran di dunia maya dan membaca-baca komik Doraemon berikut biografi penciptanya, Fujiko F. Fujio saya menemukan cerita seru bagaimana akhir kisah Doraemon.
***
November 1969. Fujimoto Hiroshi, nama asli Fujiko F. Fujio, membuat pengumuman komik bersambung terbarunya di majalah anak-anak untuk kelas 4 SD. Waktu itu belum disebutkan apa komiknya maupun tokoh utamanya. Fujimoto saat itu memang belum menemukan ide bagaimana dan seperti apa komiknya. Jalan-jalan di taman ia tak menemukan ide. Sampai di rumah ia teringat dengan kucing liar yang pernah tinggal dengannya.Tapi idenya belum keluar. Ia lalu bermalas-malasan di sofa. Ia ketiduran. Lalu bangun dengan kaget, tersandung mainan.
Seketika ide itu muncul: kucing, anak laki-laki pemalas, dan mainan. “Ketemu!” katanya, “sepertinya ini bisa.” Doraemon kemudian muncul dengan ide dasar begini: seorang bocah pemalas kedatangan robot kucing dari masa depan yang bisa mengeluarkan benda-benda berguna dari kantungnya.
Doraemon lahir lewat majalah “Anak Baik”, “TK”, “SD kelas 1” s.d. “SD kelas 4” terbit Desember 1969 untuk edisi Januari 1970, volume 1. Serial komik Doraemon kemudian terbit terus-menerus sebanyak 1.344 yang kemudian dibukukan menjadi 45 jilid. Selain serial komiknya, Doraemon telah menjadi serial anime maupun film layar lebar yang sukses.
Syahdan, pada 23 September 1996, di usia 62 tahun, Fujimoto Hiroshi meninggal dunia. Sejak 1986, Fujimoto didiagnosis menderita kanker hati.
Apa dengan meninggalnya sang pengarang kisah Doraemon berakhir juga?
Perlu diketahui Fujimoto meninggal tanpa sempat menceritakan akhir kisah Doraemon. Namun, sejatinya, sejak awal membuat cerita Doraemon ia sudah mengisahkan akhir kisahnya. Anda tentu ingat, sejak awal kedatangan Doraemon dari masa depan untuk mengubah nasib Nobita. Cucunya di masa depan, Sewashi mengirim Doraemon untuk membantu Nobita mengatasi masalahnya sehari-hari agar kelak bisa jadi anak pintar dan sukses. Kita juga tahu Nobita kelak bakal menikah engan Shizuka (walau tadinya dibilang bakal menikah dengan Jaiko, adik Giant).
Ya, kita sudah tahu garis besar kisah hidup Nobita. Tapi kita tetap penasaran bagaimana persisnya kisah Doraemon tamat.
Menelusuri dunia maya, ada beragam versi akhir kisah Doraemon. Cukup mengetik “Doraemon tamat” di mesin pencari, Anda bakal menemukan beragam postingan blog yang menceritakan akhir kisah Doraemon dalam bahasa indonesia—yang umumnya setiap posting sama hingga susah dicari siapa yang pertama membuat posting aslinya.
Saya tak hendak mengisahkan ulang isi posting yang bertebaran di blog. Yang hendak saya ceritakan sebuah kisah yang menjadi berita di koran-koran Jepang pada 2006 silam.
Syahdan, pada 2005, seperti pernah dimuat koran Yomiuri Shimbun (saya membaca terjemahan Inggrisnya yang dimuat situs koran Thailand), seorang komikus berusia 37 tahun membuat heboh Jepang dengan melukiskan akhir kisah Doraemon. Komiknya yang dimuat di majalah fanzine (majalah bikinan fans) laris manis. Yang membuat masalah, komik itu tak mendapat izin dari pemilik hak cipta Doraemon.
Di jagat manga, komik macam begini hal lumrah. Seorang fans sah-sah saja membuat komik tiruan atawa parodi dari kisah asli yang terkenal. Komik tiruan ini memiliki karakter yang sama meski ceritanya beda, dan bisa melenceng. Komik jenis ini malah punya sebutan khusus: doujinshi.
Lantas, mengapa doujinshi akhir kisah Doraemon ini bikin heboh?
Dalam akhir Doraemon versinya diceritakan, Nobita datang mengadu pada Doraemon. Tapi, Doraemon tak merespons. Dari adiknya, Dorami, diketahui batere Doraemon habis. Tapi masalahnya, jika baterenya diganti, Doraemon bakal hilang ingatan dan melupakan Nobita begitu bangun.
Dari situ, Nobita bertekad untuk menjadi anak pintar agar kelak bisa memperbaiki Doraemon. Di masa depan, saat sudah menjadi ilmuan, beristrikan Shizuka, Nobita membangunkan lagi Doraemon dari mimpi panjangnya. Diketahui pula, Nobita lah yang menciptakan robot Doraemon. Oleh Dekisugi, yang menjadi presiden Jepang, hal ini disebutnya “Time Paradox”.
Masalahnya, doujinshi akhir kisah Doraemon yang dibuat oleh seseorang bernama samaran Yasue T.Tajima ini mirip betul dengan komik Doraemon bikinan Fujiko F. Fujio. Komiknya dijual seharga 500 yen di toko buku dan sudah dipamerkan di berbagai pameran fanzine sejak Oktober 2005.
Komik akhir kisah Doraemon itu terjual lebih dari 13 ribu copy dan menjadi populer di dunia maya karena narasi dan goresan gambarnya mirip betul komik Doraemon asli. Bahkan, tak sedikit yang mengira komik itu asli bikinan Fujiko F. Fujio. (Begitu juga di berbagai postingan blog yang saya temukan. Entah siapa sudah menerjemahkan komik itu ke dalam bahasa Indonesia dan mengunggah manga-scannya ke internet. Banyak yang mengira itu komik Doraemon asli.)
Di Jepang, soal doujinshi Doraemon ini memicu perdebatan batasan sampai di mana sebuah doujinshi alias komik tiruan ditolerir dan tidak melanggar hak cipta.
Penerbit Shogakukan dan Fujio F. Fujiko Production yang memegang lisensi Doraemon kemudian mengirim surat peringatan pada pembuat doujinshi akhir kisah Doraemon. Selain diminta mengaku telah membuat plagiarisme, pembuatnya juga diminta membayar sebagian hasil penjualan dari komik fanzine-nya.
Pemilik hak cipta Doraemon sangat berkepentingan atas nasib tokoh ciptaannya. Sebab, sudah sejak awal pengarangnya tak membuat tamat kisahnya. Sudah menjadi kewajiban pemegang hak cipta untuk melindungi hak-hak pengarang dari tindakan merusak karya ciptaan itu.
Tapi, ditilik lebih jauh, alasan sebetulnya penerbit dan pemilik hak cipta punya kepentingan kisah Doraemon tak boleh tamat. Sebab, dari situ kisah Doraemon bisa terus diceritakan berulang-ulang dalam beragam bentuk. Serial anime maupun filmnya terus diputar RCTi hingga kini. Selain itu, boneka, mainan, dan beragam benda berwujud Doraemon bisa terus dijual.
Jika ada yang tanya bagaimana Doraemon tamat, jawabnya, Doraemon takkan pernah tamat.***

awal mula doraemon

sistim basis data

Pengenalan Sistem Basis Data


Kata “basis data” bisa digunakan untuk menguraikan segala sesuatu dari sekumpulan data tunggal, seperti daftar telepon. Istilah “basis data” tidak termasuk aplikasi, yang terdiri dari form dan report dimana pengguna akan saling berhubungan.

Basis data terdiri dari file-file fisik yang ditetapkan berdasarkan komputer saat menerapkan perangkat lunak basis data. Di sisi lain, suatu model basis data lebih kepada konsep dibandingkan objek fisik dan digunakan untuk menciptakan tabel di dalam basis data.

Sebuah basis data adalah tempat penyimpanan file data. Sebagai file data, suatu basis data tidak menyajikan informasi secara langsung kepada pengguna. Pengguna harus menjalankan aplikasi untuk mengakses data dari basis data dan menyajikannya dalam bentuk yang bisa dimengerti. 
Ketika bekerja dengan file-file data, suatu aplikasi harus dikodekan agar bekerja dengan struktur masing-masing file data. Biasanya, suatu basis data berisi suatu katalog yang menggunakan aplikasi untuk menentukan cara data diorganisir. Aplikasi basis data umum bisa menggunakan katalog tersebut untuk menampilkan data dengan pengguna dari basis data yang berbeda secara dinamis, tanpa terikat pada format data tertentu.


Basis data biasanya memiliki dua bagian utama. Pertama, file yang memegang basis data fisik. Kedua, perangkat lunak sistem manajemen basis data (DBMS) menggunakan aplikasi untuk mengakses data. DBMS bertanggung jawab menguatkan struktur basis data, termasuk :
  1. Memelihara hubungan antardata didalam basis data
  2. Memastikan bahwa data tersimpan secara tepat, dan menetapkan aturan hubungan data agar tidak dilanggar
  3. Pemulihan semua data darikegagalan sistem


Alasan Menggunakan Sistem Basis Data :
Ada beberapa alasan mengapa kita menggunakan sistem basis data :
  1. Untuk mengatasi kerangkapan data (redundancy data).
  2. Untuk menghindari terjadinya inkonsistensi data.
  3. Untuk mengatasi kesulitan dalam mengakses data.
  4. Untuk menyusun format yang standar dari sebuah data.
  5. Untuk Penggunaan oleh banyak pemakai (multiple user). Sebuah database bisa dimanfaatkan sekaligus secara bersama oleh banyak pengguna (multiuser).
  6. Untuk melakukan perlindungan dan pengamanan data. Setiap data hanya bisa diakses atau dimanipulasi oleh pihak yang diberi otoritas dengan memberikan login dan password terhadap masing-masing data.
  7. Agar pemakai mampu menyusun suatu pandangan (view) abstraksi dari data. Hal ini bertujuan menyederhanakan interaksi antara pengguna dengan sistemnya dan database dapat mempresentasikan pandangan yang berbeda kepada para pengguna, programmer dan administratornya.

Kelebihan Sistem Basis Data antara lain :
Banyak memanfaat yang dapat kira peroleh dengan menggunakan basis data. Manfaat/kelebihan basis data diantaranya adalah :

  1.  Kecepatan dan kemudahan (speed)
Dengan menggunakan basis data pengambilan informasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Basis data memiliki kemampuan dalam mengelompokan, mengurutkan bahkan perhitungan dengan metematika. Dengan perancangan yang benar, maka penyajian informasi akan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
  2.  Kebersamaan pemakai
Sebuah basis data dapat digunakan oleh banyak user san banyak aplikasi. Untuk data-data yang diperlukan oleh banyak orang/bagian. Tidak perlu dilakukan pencatatan dimasing-masing bagian, tetapi cukup dengan satu basis data untuk dipakai bersama. Misalnya data mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi, dibutuhkan oleh banyak bagian, diantaranya: bagian akademik, bagian keuangan, bagian kemahasiswaan, dan perpustakaan. Tidak harus semua bagian ini memiliki catatan dan semua bagian bisa mengakses data tersebut sesuai dengan keperluannya.
 3.    Pemusatan control data
karena cukup dengan satu basis data unutk banyak keperluan, pengontrolan terhadap data juga cukup dilakuan di satu tempat saja. Jika ada perubahan data alamat mahasiswa misalnya, maka tidak perlu kita meng-update semua data dimasing-masing bagian tetapi cukup hanya disatu basis data.
 4.   Efesiensi ruang penyimpanan (space)
Dengan pemakain bersama, kita tidak perlu menyediakan tempat penyimpanan diberbagai tempat, tetapi cukup satu saja sehingga ini akan menghemat ruang penyimpanan data yang dimilikioleh sebuah organisasi. Dengan teknik perancangan basis data yang benar, kita akan menyederhanakan penyimpanan sehingga tidak semua data harus disimpan.
  5.   Keakuratan (Accuracy)
Penerapan secara ketat aturan tipe data, domain data, keunikan data, hubungan antara data, dan lain-lain, dapat menekan keakuratan dalam pemasukan/penyimpanan data.
  6.   Ketersediaan (availability)
Dengan basis data kita dapat mem-backup data, memilah-milah data mana yang masih diperlukan dan data mana yang perlu kita simpan ke tempat lain. Hal ini mengingat pertumbuhan transaksi suatu organisasi dari waktu ke waktu membutuhkan media penyimpanan yang semakin besar.

  7.  Keamanan (Security)
Kebanyakan DBMS dilengkapi dengan fasilitas manajemen pengguna diberikan hak akses yang berbeda-beda sesuai dengan pengguna dan posisinya. Basis data bisa diberikan passwordnya untuk membatasi orang yang mengaksesnya.
  8.   Kemudahan dalam pembuatan program aplikasi baru
Pengguna basis data merupakan bagian dari perkembangan teknologi. Dengan adanya basis data pembuatan aplikasi bisa memanfaatkan kemampuan dari DBMS, sehingga pembuatan aplikasi tidak perlu mengurusi penyimpanan data, tetapi cukup mengatur interface untuk pengguna.
  9.   Pemakaian secara langsung
Basis data memiliki fasilitas untuk melihat datanya secara langsung dengan tool yang disediakan oleh DBMS. Untuk melihat data, langsung ke table ataupun menggunakan query. Biasanya yang menggunakan fasilitas ini adalah user yang sudah ahli, atau database administrator.
10.   Kebebasan data (Data Independence)
Jika sebuah program telah selesai dibuat, dan ternyata ada perubahan isi/struktur data. Maka dengan basis data, perubahan ini hanya perlu dilakukan pada level DBMS tanpa harus membongkar kembali program aplikasinya.
11.   User view
Basis data penyediaan pandangan yang berbeda-beda untuk tiap-tiap pengguna. Misalnya kita memiliki data-data dari perusahaan yang bergerak dibidang retail. Data yang ada berupa data barang, penjualan, dan pembelian. Ada beberapa jenis pengguna yang memerlukan informasi terkait dengan data perusahaan tresebut. Mereka adalah pelanggan, kasir, bagian gudang, bagian akutansi dan manajer. 
Tidak semua data boleh diakses oleh semua pengguna. Misalnya kasir dia hanya boleh berhak melihat informasi nama barang dan harga jualnya. Sementara itu dia berhak untuk memasukan data penjualan . berbeda dengan pelanggan yang hanya melihat data keberadaan barang dan harga jual tetapi tidak berhak memasukan atau merubah data. Sementara itu bagian akutansi berhak melihat keuntungan dari tiap-tiap barang untuk menganalisa data akutansinya.Basis data mampu memberikan layanan organisasi seperti ini.
Kekurangan Sistem Basis Data antara lain :
         1. Lebih Mahal 
            Sistem basis data membutuhkan sumber daya yang tinggi, terlebih untuk melakukan perawatan secara berkala.

         2. Proses back up cukup memakan waktu.
            Sistem basis data mencakup banyak file, sehingga jika dilakukan back up akan menghabiskan waktu.
         3. Bila ada akses yang tidak benar, kerusakan dapat terjadi.
            Kesalahan dalam mengakses bisa menyebabkan berbagai masalah, terutama oleh sembarang pengguna.
         4. Sistem lebih rumit, sehingga memerlukan tenaga spesial.
            Sistem basis data sangat kompleks, tidak sembarang orang bisa menanganinya. Terutama dengan berbagai macam resiko, sehingga hanya orang ahli yang hanya bisa menanganinya.

akuntansi

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR 

Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Kegiatan produksi, apabila digambarkan akan nampak seperti di bawah ini:
Bidang akuntansi yang menangani masalah produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban pokok produksi barang jadi. Bab ini akan membahas sesuai ruang lingkup yang telah disebutkan, yakni penetapan beban pokok produksi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
Masalah Khusus Perusahaan Manufaktur
Dibandingkan dengan perusahaan dagang, masalah khusus dalam akuntansi perusahaan manufaktur adalah persediaan, biaya pabrikasi (manufacturing costs), biaya produksi dan beban pokok produksi.
Persediaan (Inventory)
Berdasarkan perusahaan dagang, dalam perusahaan manufaktur biasanya terdiri dari tiga macam, yakni:
1. Persediaan bahan baku (raw materials inventory)
2. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished goods inventory)
Persediaan bahan baku melaporkan harga pokok bahan baku yang ada pada tanggal neraca. Bahan baku adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan dalam proses terdiri dari biaya bahan baku dan biaya-biaya manufaktur lain yang telah terjadi untuk memproduksi barang yang belum selesai. Untuk menyelesaikannya masih diperlukan tambahan biaya. Persediaan barang jadi terdiri dari total biaya pabrik untuk barang-barang yang telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Sebuah perusahaan manufaktur dengan demikian harus menyediakan tiga perkiraan untuk persediaan.
Biaya Manufaktur (Manufacturing Cost)
Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan manufaktur selama suatu periode disebut biaya manufaktur (manufacturing cost), atau lebih dikenal dengan biaya pabrik. Biaya ini digunakan untuk menyelesaikan barang yang masih sebagian selesai di awal periode, barang-barang yang dimasukkan dalam proses produksi periode itu dan barang-barang yang baru dapat diselesaikan sebagian di akhir periode. Pada dasarnya biaya pabrik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Biaya bahan baku (raw materials cost) yaitu biaya untuk bahan-bahan yang dapat dengan mudah dan langsung diidentifikasikan dengan barang jadi. Contoh bahan baku adalah kayu bagi perusahaan mebel atau tembakau bagi perusahaan rokok.
b. Biaya tenaga kerja lansung (direct labor cost) adalah biaya untuk tenga kerja yang menangani secara langsung proses produksi atau yang dapat diidentifikasikan langsung dengan barang jadi. Contoh buruh langsung adalah tukang kayu dalam perusahaan mebel atau pelinting rokok dalam perusahaan rokok (Sigaret Kretek Tangan = SKT).
c. Biaya overhead pabrik (overhead cost) adalah biaya-biaya pabrik selain bahan baku dan tenga kerja langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Contoh biaya overhead pabrik adalah:
(1) bahan pembantu (kadangkadang disebut: bahan tidak langsung (indirect materials) misalnya perlengkapan pabrik (mur, baut dan pelitur dalam perusahaan mebel);
(2) tenga kerja tidak langsung (indirect labor) yaitu tenaga kerja yang pekerjaannya tidak dapat diidentifikasikan secara langsung dengan barang yang dihasilkan, misalnya gaji mandor;
(3) pemeliharaan dan perbaikan (maintenance and repair);
(4) listrik, air telepon dan lainlain.
Ketiga jenis biaya manufaktur ini dapat dihubungkan dan dilihat keterkaitannya dengan memperhatikan bagan yang diilustrasikan di bawah ini.
Biaya Produksi (Production Cost) dan Biaya Periode (Period Cost)
Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama suatu periode. Biaya ini terdiri dari persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya pabrikasi (manufacturing cost), kemudian dikurangi dengan persediaan barang dalam proses akhir. Biaya pabrikasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Tiga komponen biaya yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya overhead adalah semua biaya pabrikasi (semua biaya yang terkait dengan proses produksi) yang bersifat tidak langsung, termasuk biaya-biaya yang dibebankan pada persediaan dalam proses pada akhir periode. Biaya overhead ini  seringkali tidak dapat diatribusikan/dilekatkan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan secara spesifik. Karena biaya ini biasanya dinikmati bersama selama proses produksi berlangsung. Dalam situasi tertentu dapat pula disebut sebagai biaya bersama (common cost). Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung sering pula disebut sebagai biaya utama (prime cost), yaitu biaya yang merupakan komponen utama dari produk yang dibuat dan dapat dengan mudah diatribusikan pada masing-masing unit produk yang dikerjakan atau dibuat. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead sering pula disebut sebagai biaya konversi (conversion cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atau terjadi sehingga bahan baku dapat diubah menjadi produk jadi.
Kelompok biaya lain selain biaya produksi adalah biaya periode (period cost), yaitu biaya nonpabrikasi yang dikeluarkan atau terjadi selama periode berjalan dalam rangka operasional perusahaan. Biaya ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni beban penjualan atau pemasaran dan beban-beban administratif. Klasifikasi biaya yang berbeda-beda ini dilakukan agar dapat mengukur kinerja atau prestasi masing-masing bagian secara lebih fair. Kata lainnya adalah, alokasi yang tepat akan dapat meningkatkan pertanggungjawaban masingmasing bagian. Sehingga sebuah beban, bisa jadi teralokasikan ke dalam pos-pos yang berbeda walaupun jenisnya sama. Beban depresiasi komputer, misalnya, bisa jadi merupakan kelompok biaya overhead, jika komputer tersebut berada di atau dipergunakan untuk kegiatan oleh departemen produksi. Mungkin juga merupakan beban pemasaran/penjualan jika komputer tersebut dimanfaatkan oleh bagian tersebut. Atau boleh jadi pula beban depresiasi komputer tersebut merupakan kelompok beban adminstratif jika komputernya digunakan oleh bagian kantor atau administrasi. Oleh karena itulah kita harus dapat mengklasifikasikan setiap beban ke dalam kelompok biaya yang tepat karena berdasarkan laporan tersebut kinerja suatu bagian/seseorang akan diukur. 
Beban pokok produksi (Cost of Goods Manufactured)
Biaya barang yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut beban pokok produksi barang selesai (cost of goods manufactured) atau disingkat dengan beban pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. Beban pokok produksi selama suatu periode dilaporkan dalam laporan harga produksi (cost of goods manufactured statement). Laporan ini merupakan bagian dari beban pokok penjualan (cost of goods sold).
Akuntansi Perusahaan Manufaktur
Seperti telah dijelaskan, siklus akuntansi meliputi tahap pencatatan dan tahap pengikhtisaran yang terdiri dari:
Tahap pencatatan
1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi
2. Pencatatan dalam jurnal
3. Pemindahanbukuan ( posting ) ke buku besar
Tahap pengikhtisaran
4. Pembuatan neraca saldo
5. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyelesaian
6. Penyusunan laporan keuangan
7. Pembuatan jurnal penutup
8. Pembuatan neraca saldo penutup
9. Pembuatan jurnal balik
Bab ini tidak akan membahas tahap demi tahap siklus tersebut.
Pembahasan perusahaan manufaktur di sini lebih pada menguraikan tahap-tahap tersebut secara garis besar saja. Penekanan diberikan pada proses akuntansi untuk masing-masing akun/rekening/perkiraan perusahaan manufaktur (ketiga istilah ini dipakai seluruhnya, secara bergantian, sepanjang pembahasan dalam buku ini untuk menunjukkan bahwa ketiganya merupakan istilah yang lazim dipakai sehari-hari dalam praktik pada DU/DI). Namun demikian, tetap diharapkan bahwa pemaparan berikut ini telah mencakup semua pemahaman minimal yang diperlukan untuk dapat menjalankan proses akuntansi pada sebuah perusahaan manufaktur.
Bahan Baku (Raw Materials)
Pembelian bahan baku, seperti halnya perusahaan dagang, dicatat dalam buku pembelian (untuk pembelian kredit) dan buku pengeluaran kas (untuk pembelian tunai). Pembayaran hutang yang bersangkutan dicatat dalam buku pengeluaran kas. Di buku besar, pembelian bahan baku dicatat dalam rekening pembelian dan rekening-rekening lain yang berhubungan, misalnya potongan pembelian serta pembelian retur dan pengurangan harga. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk produksi tidak dicatat.
Jadi, seperti dalam perusahaan dagang, perkiraan persediaan bahan baku hanya digunakan untuk menampung ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode. Jurnal penyesuaian dibuat untuk nilai persediaan yang ada di awal dan akhir periode. Sementara itu, nilai persediaan ditentukan dengan mengadakan penghitungan fisik. Jurnal penyesuaian untuk persediaan (awal dan akhir) dilakukan terhadap rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Pembayaran gaji kepada tenaga kerja langsung dicatat dalam buku pengeluaran kas. Dalam buku perlu disediakan perkiraan tersendiri untuk biaya buruh langsung. Pada akhir periode dibuatkan jurnal penyesuaian untuk upah yang masih belum saatnya dibayar. Pembebanan biaya buruh langsung dilakukan dengan mambuat jurnal penutup ke rekening Ikhtisar Beban pokok produksi.
Biaya Overhead Pabrik (Overhead)
Biaya ini terdiri dari berbagai jenis, misalnya: bahan pembantu, tenga keja tidak langsung, gaji, listrik, telepon, perlengkapan pabrik, pemeliharaan dan perbaikan, asuransi, penyusutan bangunan pabrik, penyusutan mesin-mesin pabrik, penyusutan kendaraan pabrik, penyusutan peralatan pabrik dan lain-lain. Untuk tiap-tiap jenis biaya dapat dibuatkan rekening tersendiri di buku besar. Atau, kalau ingin lebih sederhana, dalam buku besar hanya disediakan satu rekening saja yaitu biaya overhead pabrik sebagai rekening induk (sesungguhnya). Rincian biaya overhead pabrik ke dalam tiap-tiap jenis biaya dicatat dalam buku tambahan. Pembelian biaya overhead pabrik, misalnya pembelian bahan pembantu, dicatat dalam buku pembelian. Pembayarannya, dicatat dalam buku pengeluaran kas. Pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam produksi dilakukan dengan membuat jurnal penutup atas rekening yang bersangkutan. Rekening lawanya adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Persediaan dalam Proses ( Work in Process Inventory )
Proses produksi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus. Sementara itu, akuntansi harus melaporkan informasi keuangan secara berkala. Akibatnya, pada saat laporan keuangan harus dibuat, terdapat kemungkinan adanya sebagian barang yang belum selesai diproses. Walaupun demikian, biaya yang telah terjadi untuk barang itu, tetap harus dilaporkan. Inilah yang dicantumkan sebagai persediaan dalam proses. Untuk memperoleh beban pokok produksi barang yang telah selesai, biaya pabrik ditambah dengan nilai persediaan dalam proses di awal periode dan dikurangi dengan nilai persediaan dalam proses di akhir periode.
Pesediaan dalam proses, baik di awal maupun akhir periode diperoleh dengan jalan melakukan penghitungan phisik. Untuk sementara, jangan diperhatikan dahulu bagaimana menghitung nilai persediaan dalam proses. Yang perlu diketahui adalah bahwa nila ini terdiri dari biaya bahan baku, buruh langsung dan biaya pabrikase yang telah terjadi sampai dengan saat dilaporkan. Untuk mencatat nilai persediaan dalam proses, dibuatkan rekening yang diberi nama: “Persediaan dalam Proses”. Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk menghilangkan persediaan dalam proses awal dan membebankannya ke proses produksi. Sementara itu, jurnal penyesuaian lain untuk menimbulkan persediaan dalam proses yang ada pada akhir periode. Rekening lawan yang digunakan dalam jurnal penyesuaian tersebut adalah Ikhtisar Beban pokok produksi.
Di bawah ini (pada halaman berikut) diberikan ilustrasi tentang alur pembebanan biaya ke dalam proses produksi hingga pengakuan beban pokok penjualan. Alur ini digambarkan dalam bentuk hubungan di antara buku besar perkiraan-perkiraan yang terkait dengan proses produksi dalam sebuah perusahaan manufaktur. Kita dapat melihat di situ, apa saja perkiraan yang terkait dan harus dibuatkan jurnalnya selama proses produksi berlangsung, dan kapan masing-masing perkiraan tersebut harus didebitkan atau dikreditkan. Tentu saja, ilustrasi tersebut menggambarkan pencatatan yang harus dibuat ketika perusahaan menerapkan metode perpetual untuk persediaannya.



Pembuatan If dan Case pada Pascal


Program
namaprogram; ? judul program
Var jenis : variable; ? jenis variabel

Begin ; ? memulai program

Clrscr ? membersihkan layar (boleh digunakan dan tidak)

Isi ? isi program
End. ? akhir program
Keterangan
Write ? menapilkan tulisan
Writeln ? menapilkan tulisan pada garis baru
Read ? menginput data
Readln ? manginput data pada garis baru
Var ? variable




CASE
program case1;
uses wincrt;
var nip,nama : string;
pendapatan,pajak : real;
gol : char;
begin
clrscr;
writeln(‘——— DAFTAR PAJAK ———-’);
writeln(‘_________________________________’);
write (‘NIP : ‘);readln(nip);
write (‘Nama Karyawan : ‘);readln(nama);
write (‘Golongan [A,B,C] : ‘);readln(gol);
write (‘Pendapatan : ‘);readln(pendapatan);
case upcase(gol) of
‘A’ : begin
writeln(‘Golongan ini bebas pajak’);
pajak := 0;
end;
‘B’ : pajak := 0.1 * pendapatan;
‘C’ : pajak := 0.2 * pendapatan;
else write(‘Salah melakukan Penginputan data ‘);
end;
writeln(‘Pajak : Rp. ‘,pajak:9:2);
end.
Tampilan saat case Di running
Sedangkan untuk program IF
program if1;
uses wincrt;
var nip,nama : string;
pendapatan,pajak : real;
gol : char;
begin
clrscr;
writeln(‘——— DAFTAR PAJAK ———-’);
writeln(‘_________________________________’);
write (‘NIP : ‘);readln(nip);
write (‘Nama Karyawan : ‘);readln(nama);
write (‘Golongan [A,B,C] : ‘);readln(gol);
write (‘Pendapatan : ‘);readln(pendapatan);
if (gol = ‘A’ )or (gol = ‘a’) then
pajak := 0
else if (gol = ‘B’) or (gol = ‘b’) then
pajak := 0.1 * pendapatan
else if (gol = ‘C’) or (gol = ‘c’) then
pajak := 0.2 * pendapatan
else write(‘Salah melakukan Penginputan data ‘);
writeln(‘Pajak : Rp. ‘,pajak:9:2);
end.